POTENSI MASYARAKAT YANG TERABAIKAN

Masyarakat Indonesia sangat kaya dan banyak ragam budaya dan agama, yang merupakan salah satu keunikan dan kekhasan bangsa ini. Mulai dari agama, suku, budaya dan sebagainya banyak dan hidup dan berdampingan di Negara ini.

Diantara penduduk yang mayoritas yang menempati Negara ini, adalah Islam. Islam yang merupakan agama yang memiliki penganutnya paling banyak berpengaruh terhadap jumlah tempat ibadahnya (Masjid). Menurut Data Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama RI, ada 741.991 Masjid yang berdiri di Negara ini.

Hal ini jelas memberikan gambaran kepada kita bahwa masjid hampir menyeluruh di lapisan masyarakat yang ada. Dan masing-masing masjid telah memiliki pengurus dan takmirnya yang mengatur dan memanajemen kegiatan-kegiatan yang sudah diprogramkan.

Bahkan dari sisi bangunan, masing-masing daerah berlomba-lomba membangun masjid yang megah dan mewah, dan arsiteknya didesain sedemikian rupa agar dapat menarik dan mengundang jamaah untuk berkunjung ke masjid tersebut. Namun disisi lain, kita juga sangat miris melihat keadaan masjid dari sisi jamaah dan kegiataannya yang tidak berjalan dengan baik.

Misalnya saja, ada sebuah masjid di salah satu kota, hanya digunakan untuk kegiatan tahunan dan kegiatan hari besar Islam saja, sunyi dari kegiatan umat. Bahkan terkesan bahwa masjid yang dibangun hanya untuk kegiatan-kegiatan seremonial saja. Sementara itu, seyogyanya masjid dapat menjadi dan memberikan soludi terhadap permasalahan umat yang semakin komplek dan homogen. Baik masalah social, budaya, terlebih-lebih masalah ekonomi umat yang semakin morat marit dan tidak terkendali.

Sebagaimana Ali Mustafa, yang pernah menjadi salah satu Imam Masjid Istiqlal Jakarta pernah mengungkapkan bahwa paling tidak ada lima fungsi masjid pada masa Nabi, yaitu; a. sebagai tempat ibadah, b. sebagai lembaga pendidikan, c. sebagai tempat musyawarah, d. sebagai rumah sakit, dan e. sebagai asrama.

Hal ini sangat menarik ketika kita lihat fenomena masjid di Indonesia hari  ini. Terlihat bahwa 4 fungsi yang ada sudah diambil alih oleh lembaga yang terpisah dari masjid. Tentu ini memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.

Mayoritas masjid yang ada hari ini tetap mempertahankan fungsi yang pertama saja yaitu sebagai sarana tempat ibadah (shalat). Kendati pun belakang ini sudah mulai dirancang dan dicanangkan oleh beberapa masjid untuk kembali memperluas jangkauan kegiatannya.

Masjid Jogokariyan misalnya, memiliki manajemen yang berbeda dengan masjid pada umumnya, dimana dengan adanya menajemen yang baik, masjid Jogokariyan hari ini telah memberikan solusi dan manfaat yang positif kepada jama’ahnya. Masjid tersebut telah mampu memberikan dan awal atau modal usaha bagi jama’ah yang ingin membuka usaha, di samping itu, masjid juga rutin memberikan bantuan sembako kepada fakir miskin yang dilakukan sekali dalam 2 minggu, dan adalagi pasar sore khusus di bulan Ramadhan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muh Syaiful Bakhri bahwa Masjid Jogokariyan mampu menarik simpati masyarakat untuk meramaikan masjid dan menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat untuk beribadah saja, tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk memberdayakan umat.

Disamping itu, ternyata pengurus Masjid Jogokariyan dalam melakukan manajemen pengelolaan masjid menerapkan 3 tahapan, yaitu How to Image, How to Manage, dan How to Make Succes. Tahapan tersebut dimaksudkan agar jamaah senantiasa merasakan keberadaan masjid dan memiliki rasa kepemilikan atas masjid.

Dan melakukan pengelolaan masjid, diperlukan pemetaan dakwah masjid. Hal ini dilakukan agar dakwah masjid menjadi terfokus sehingga mampu menjangkau jamaah melalui program program yang dilakukan. Revitalisasi peran dan fungsi masjid sangat diperlukan dalam rangka membangun ekonomi yang berbasis kemasyarakatan. Melalui strategi-strategi yang inovatif, Masjid Jogokariyan membuktikan bahwa melalui masjid, dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh sebab itu, Masjid Jogokariyan dapat ditiru dan diterapkan oleh masjid lain dalam rangka menarik simpati umat dan memberdayakan umat yaitu antara lain melalui program gerakan jamaah mandirinya, gerakan jamaah subuhnya, kampung ramadhannya, program baitul maalnya, dan program kotak infaqnya.

Masjid Jogokariyan dapat dijadikan model dan contoh dalam rangka pengembangan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan social dengan manajemen yang bagus. Jika hal tersebut dapat dilakukan, tidak mustahil akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga terjadi peningkatan ekonomi Indonesia sebab mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia adalah agama Islam, dan jumlah masjid yang ada di Indonesia jumlahnya sampai mencapai ribuan.

Ini adalah salah satu potensi yang ada dan terlupakan oleh masyarakat, padahal ini bukanlah sesuatu yang mustahil jika para pengurus masjid yang ada mau belajar dan studi banding ke masjid yang sudah lebih terdahulu melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, sehingga masjid yang ada mampu memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan umat, bukan dipandang hanya sebatas bangunan megah dan mewah, dan hanya tempat ibadah shalat,dan hanya mendapat pujian kagum dari orang yang memandangnya.

Penulis : Dr. Anas Habibi Ritonga, MA