Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sukses Gelar Seminar Internasional Tahun 2025

Padangsidimpuan, 23 Oktober 2025 — Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi kembali menorehkan prestasi akademik dengan sukses menyelenggarakan Seminar Internasional pada Kamis, 23 Oktober 2025. Kegiatan bergengsi ini menghadirkan dua narasumber internasional dan nasional ternama, yakni Dr. Zulkefli Bin Aini dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Hening Purwati Parlan, S.Sos., M.M., seorang praktisi dan aktivis lingkungan yang telah lama berkecimpung dalam isu-isu ekoteologi dan komunikasi Islam. Seminar ini mengusung tema “Eco-Theology and Islamic Communication: Reclaiming The Sacred Responsibility For Earth” yang menggugah kesadaran akan tanggung jawab spiritual manusia terhadap kelestarian bumi.

Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh Master of Ceremony, kemudian dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia, yaitu Dr. Anas Habibi Ritonga, M.A., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan. Dalam laporannya, beliau menyampaikan rasa syukur dan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya Seminar Internasional ini. Beliau menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen FDIK untuk terus menghadirkan ruang ilmiah yang progresif dan relevan dengan tantangan global, khususnya dalam isu ekologi dan tanggung jawab spiritual terhadap bumi. Menurutnya, tema ini sangat penting karena menyatukan dua aspek fundamental — teologi dan komunikasi Islam — dalam menjawab krisis lingkungan yang tengah dihadapi umat manusia.

Lebih lanjut, Dr. Anas Habibi Ritonga menyampaikan terima kasih kepada seluruh panitia, dosen, mahasiswa, serta para narasumber dari dalam dan luar negeri yang telah berkontribusi dalam menyukseskan kegiatan ini. Ia berharap melalui seminar internasional ini, civitas akademika FDIK dapat memperluas wawasan, memperdalam pemahaman, dan melahirkan gagasan baru tentang bagaimana Islam dapat menjadi solusi dalam menjaga keseimbangan alam. “Semoga kegiatan ini tidak berhenti pada tataran diskusi, tetapi menjadi inspirasi untuk tindakan nyata dalam mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin terhadap lingkungan kita,” tutupnya dengan penuh semangat.

Selanjutnya, sambutan oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Magdalena, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh panitia atas terselenggaranya Seminar Internasional ini. Beliau menegaskan bahwa kegiatan akademik seperti ini merupakan wujud nyata dari visi fakultas untuk menjadi pusat pengembangan ilmu dakwah dan komunikasi Islam yang responsif terhadap isu-isu kemanusiaan dan lingkungan. Menurutnya, tema “Eco-Theology and Islamic Communication: Reclaiming The Sacred Responsibility For Earth” sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini, di mana manusia dituntut untuk kembali menyadari tanggung jawab spiritual dalam menjaga keseimbangan alam ciptaan Allah SWT.

Lebih lanjut, Dr. Magdalena mendorong seluruh dosen dan mahasiswa untuk tidak hanya menjadikan seminar ini sebagai ajang akademik, tetapi juga sebagai momentum refleksi diri dan gerakan nyata dalam menjaga lingkungan. Ia menekankan bahwa dakwah dan komunikasi Islam tidak boleh terlepas dari konteks sosial dan ekologis. “Sebagai insan akademik, kita memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk menebarkan pesan dakwah yang ramah lingkungan, serta menanamkan nilai-nilai Islam yang menekankan kasih sayang terhadap seluruh makhluk. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang sadar ekologi dan beriman kuat,” pungkasnya.

Acara dilanjutkan bimbingan dan arahan oleh Rektor UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan yang dalam hal ini diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan Prof. Dr. Erawadi, M.Ag. Dalam arahannya, beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas terselenggaranya Seminar Internasional bertema “Eco-Theology and Islamic Communication: Reclaiming The Sacred Responsibility For Earth.” Beliau menegaskan bahwa kegiatan seperti ini merupakan bukti nyata komitmen UIN Syahada Padangsidimpuan dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan tantangan global, khususnya dalam isu keberlanjutan lingkungan. Menurutnya, bumi yang kita pijak bukan hanya ruang hidup, tetapi juga amanah ilahi yang harus dijaga dan dirawat dengan penuh kesadaran spiritual.

Lebih lanjut, Prof. Erawadi mengajak seluruh peserta, dosen, dan mahasiswa untuk menjadikan seminar ini sebagai momentum memperdalam ilmu sekaligus menumbuhkan kepedulian ekologis yang berlandaskan ajaran Islam. Beliau menekankan bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi juga bagian dari ibadah dan refleksi keimanan. “Semoga melalui kegiatan ini lahir gagasan, riset, dan aksi nyata yang memperkuat peran UIN Syahada Padangsidimpuan sebagai pusat ilmu yang berorientasi pada kemaslahatan bumi dan umat manusia,” ujarnya penuh harapan.

Sesi inti seminar dipandu oleh moderator Siti Aisyah Artina F., S.Sos, yang dengan cakap mengarahkan jalannya diskusi. Dr. Zulkefli Bin Aini menyoroti konsep Eco-Theology dalam perspektif Islam sebagai fondasi spiritual untuk mengembalikan harmoni antara manusia dan alam. Ia menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini berakar dari krisis moral dan spiritual, di mana manusia tidak lagi memandang bumi sebagai ciptaan Allah yang sakral. Menurutnya, dalam Islam, setiap manusia adalah khalifah yang bertugas menjaga, merawat, dan memakmurkan bumi, bukan mengeksploitasinya demi kepentingan pribadi.

Lebih lanjut, Dr. Zulkefli menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran ekologis berbasis tauhid, di mana segala aktivitas manusia terhadap alam harus dilandasi rasa tanggung jawab kepada Sang Pencipta. Ia mengutip berbagai ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa bumi dan seluruh isinya adalah amanah yang harus dijaga. Dalam pandangannya, eco-theology bukan sekadar wacana ilmiah, tetapi bentuk nyata dari ibadah sosial yang mencerminkan ketaatan kepada Allah.

Menutup pemaparannya, Dr. Zulkefli mengajak civitas akademika FDIK UIN Syahada Padangsidimpuan untuk menjadikan kampus sebagai model ekoteologis Islami, melalui pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, kurikulum berbasis kesadaran ekologis, serta gerakan dakwah yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan lingkungan. “Krisis bumi bukan hanya soal ekosistem, tapi krisis iman. Maka solusi terbaik adalah kembali pada nilai-nilai tauhid yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dan alam,” tegasnya.

Sementara itu, Hening Purwati Parlan, S.Sos., M.M (Aktivis Lingkungan dan Keberagaman) memaparkan pentingnya komunikasi Islam sebagai instrumen perubahan sosial dalam upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan di masyarakat. Ia menjelaskan bahwa pesan-pesan dakwah harus dikemas secara kontekstual dan relevan dengan isu-isu ekologis agar dapat menyentuh hati dan kesadaran umat. Dalam pandangannya, komunikasi Islam tidak hanya menyampaikan pesan keagamaan, tetapi juga menanamkan nilai tanggung jawab sosial terhadap bumi.

Hening Purwati mencontohkan berbagai praktik komunikasi berbasis lingkungan yang bisa dilakukan oleh komunitas Muslim, seperti kampanye green masjid, khutbah bertema ekologi, hingga gerakan sosial berbasis media digital yang mengajak umat untuk berperilaku ramah lingkungan. Ia juga menyoroti peran strategis para dai dan komunikator Islam dalam membentuk opini publik yang pro-lingkungan, dengan pendekatan dakwah yang lembut, inspiratif, dan solutif.

Dalam bagian akhir pemaparannya, Hening Purwati menegaskan bahwa komunikasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam mampu menjadi kekuatan moral dalam menyelamatkan bumi dari kerusakan yang kian parah. Menurutnya, tanggung jawab menjaga bumi adalah bagian dari tanggung jawab iman. “Kita harus mengkomunikasikan pesan lingkungan bukan dengan rasa takut, tetapi dengan cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya. Itulah makna sejati dari tanggung jawab suci atas bumi,” ungkapnya penuh makna.

Usai pemaparan materi dari kedua narasumber, acara dilanjutkan dengan sesi dialog interaktif yang dipandu langsung oleh moderator Siti Aisyah Artina F., S.Sos. Sesi ini berlangsung dinamis dan penuh antusiasme. Para peserta, yang terdiri dari dosen dan mahasiswa aktif mengajukan berbagai pertanyaan seputar penerapan nilai-nilai ekoteologi dalam kehidupan sehari-hari dan strategi komunikasi Islam dalam membangun kesadaran lingkungan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul menunjukkan tingginya minat peserta terhadap isu integrasi antara agama dan pelestarian lingkungan.

Sesi dialog ini menjadi puncak kehangatan intelektual dalam seminar, di mana narasumber dan peserta saling bertukar gagasan secara konstruktif. Melalui interaksi tersebut, muncul kesadaran bersama bahwa tanggung jawab menjaga bumi adalah bagian dari iman dan ibadah. Kegiatan pun diakhiri dengan penyerahan cendera mata kepada narasumber serta sesi foto bersama, menandai berakhirnya seminar dengan penuh semangat dan inspirasi.