
Padangsidimpuan, 14 April 2025 — Suasana haru menyelimuti ruangan gedung Auditorium Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan dalam acara Wisuda Sarjana ke-51 dan Pascasarjana ke-24, yang digelar pada hari Sabtu, 12 April 2025. ketika sebuah momen menggetarkan hati terjadi: seorang ayah berdiri menerima ijazah putranya yang telah meninggal dunia.
Bapak Sangkot Simanjuntak (50), dengan langkah pelan dan mata berkaca-kaca, maju ke panggung mewakili almarhum anaknya, Riski Agus Salim Simanjuntak, yang dinobatkan sebagai wisudawan terbaik III dari Program Studi Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Saat namanya disebut, ruangan gedung auditorium yang semula dipenuhi tepuk tangan dan keceriaan mendadak hening.
Tanpa mengenakan toga seperti para wisudawan lain, Bapak Sangkot menerima ijazah dengan tangan gemetar. Tangis pun pecah di antara hadirin—dosen, mahasiswa, hingga tamu undangan tak kuasa menahan air mata. Momen itu menjadi puncak dari sebuah perayaan yang berubah menjadi pengingat kuat akan cinta, kehilangan, dan pengorbanan. Bagi Bapak Sangkot Simanjuntak, kehadirannya di hari wisuda bukan sekadar simbol, melainkan bukti nyata bahwa cinta seorang ayah terhadap anaknya tidak akan pernah pudar. Riski telah tiada di dunia, namun semangat dan dedikasinya akan terus hidup dalam ingatan banyak orang.
Ijazah ini bukan hanya simbol akademik, tapi bukti cinta, perjuangan, dan pengorbanan seorang anak dan ayah,” ujar salah satu dosen yang turut menyaksikan langsung momen haru ini.
Almarhum Riski dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan rendah hati. Sosok yang aktif di lingkungan kampus, ringan tangan membantu sesama, dan sangat mencintai keluarganya. Sahabat dekatnya, Mahmul, mengenang Riski sebagai pribadi yang selalu hadir ketika dibutuhkan. “Dia itu orangnya ramah, peduli, dan suka bantu teman. Aktif juga dulu di MAPASTA dan sempat ikut PMII. Walau nggak banyak bicara, kehadirannya selalu terasa,” ucap Mahmul.
Riski meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tunggal di daerah Pargarutan-Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, pada Minggu (2/2/2025). Kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, namun prestasinya yang luar biasa tetap menjadi kebanggaan abadi bagi keluarga dan almamaternya.
Dr. Lelya Hilda, M.Si, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, juga tak mampu menyembunyikan rasa harunya. “Ini bukan sekadar prosesi wisuda. Ini pelajaran berharga bagi kita semua—bahwa setiap capaian mahasiswa adalah buah dari kasih sayang, doa dan perjuangan orangtua,” ujar beliau dengan suara bergetar. Wisuda ke-51 dan Pascasarjana ke-24 UIN Syahada Padangsidimpuan kali ini bukan hanya tentang capaian akademik, tetapi juga tentang kekuatan cinta dan pengorbanan.
Leave a Reply